Selasa, April 07, 2009

Membangun Perilaku Hijau


Perilaku hijau......? Istilah apalagi ini. Apakah perilaku yang berwarna hijau atau apakah ini?
Pertanyaan semacam itu pastilah muncul dibenak anda pembaca sekalian. Sebenarnya yang dimaksud dengan perilaku hijau dari apa yang saya tulis ini adalah bagaimana kita dalam kehidupan sehari-hari dapat menjaga dan memelihara lingkungan hidup kita. Bagaimana dalam kehidupan kita sehari-hari, kita menggunakan sumber-sumber kekayaan alam tanpa berpikir bahwa sumber ini makin lama makin terbatas.

Tulisan ini sebenarnya lebih kepada ajakan untuk peduli pada lingkungan dengan tetap memperhatikan kelestarian alam yang kita miliki sekarang ini. Bukan tidak mungkin, pada suatu masa nanti, kehidupan di muka bumi ini sudah tidak senyaman sekarang. Tanah mulai gersang dan tandus, air telah tercemar dan tidak dapat lagi dikonsumsi, udara sudah tidak lagi dapat dihirup semaunya, tapi harus dengan alat tertentu baru dapat digunakan. Bisa saja hal ini terjadi di kemudian hari apabila kita tidak menjaganya.

Dalam keseharian, kalau mau dihitung berapa banyak air yang kita gunakan untuk kegiatan sehari-hari. Air digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, memasak, menyiram tanaman, mencuci mobil dan lainnya. Begitu banyak air digunakan, tapi apakah pernah kita berpikir, bagaimana seandainya air ini sudah sulit dan tidak tersedia lagi, dan kemana kita harus mencarinya. Manusia tidak dapat hidup tanpa adanya air. Air yang digunakan tersebut terbuang begitu saja ke saluran riol kota, belum lagi air itu membawa materi pencemar, pasti lebih parah lagi kondisinya.

Kemudian soal sampah, produksi sampah semakin hari semakin menggunung, masih ditambah sampah anorganik semakin lama semakin banyak. Barang-barang produksi sekarang ini, baik kemasan, barang produk itu sendiri, maupun komponen yang digunakan hampir sebagian besar dibuat dengan bahan-bahan yang sulit diurai oleh bakteri pembusuk, misalnya plastik. Sampah plastik ini makin bertumpuk, proses penguraiannya ...... lama sekali atau mungkin tidak bisa diurai.

Selanjutnya penggunaan energi dalam keseharian kita. Sebagai masyarakat yang modern (jika boleh dibilang seperti itu), penggunaan energi fosil terus saja meningkat, baik untuk moda transportasi, pembangkit listrik, industri, rumah tangga dan lainnya. Upaya untuk mencari energi alternatif belum menunjukkan hasil yang memuaskan, artinya untuk produksi massal masih mahal tidak sepadan dengan usaha yang dilakukan.

Berikutnya adalah udara, seiring dengan berkembangnya revolusi industri. Udara merupakan bagian yang ikut terpengaruh keberadaannya, kenapa industri khususnya yang dalam proses produksinya menghasilkan polusi udara, memberi kontribusi pada makin menurunnya kualitas udara. Belum lagi ditambah dengan asap yang dihasilkan oleh kendaraan, pembakaran sampah dan perilaku sejenisnya.

Belum lagi pengrusakan dan penjarahan hutan, pengrusakan ekosistem tertentu untuk pembangunan, dan masih banyak lagi, ikut berperan semakin menurunnya kualitas lingkungan. Bisa jadi, tanah longsor, banjir, banjir rob dan banjir bandang merupakan peringatan alam atas perilaku kita manusia. Intrusi air laut sudah mulai dirasakan di kota-kota besar yang berada di wilayah pesisir. Air hujan yang tidak lagi mudah meresap ke dalam tanah karena daerah resapannya berkurang atau tidak ada sama sekali.

Oleh karena itu, mulai dari hal yang sepele kita dapat mulai megubah perilaku yang boros atau merusak alam kita kurangi, dan munculkan kepedulian terhadap lingkungan. Menggunakan air seperlunya, menggunakan energi listrik seperlunya, menumbuhkan perilaku "recycling" mendaur ulang hal-hal yang bisa memberikan manfaat dalam hidup kita. Misalnya pisahkan sampah organik dan anorganik yang selanjutnya bisa dibuat kompos. Menanam pohon, bisa pohon buah-buahan atau pohon peneduh. Memanfaatkan air buangan rumahtangga (grey water) untuk menyiram tanaman. Dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan.

Tidak ada komentar: