Minggu, Februari 08, 2009

Pentingnya Instrumen Manajerial Dalam Pengelolaan Lingkungan Perkotaan

Isu Penting Prasarana Dasar Lingkungan

Masalah lingkungan saat sekarang ini, telah menjadi perhatian semua pihak. Isu-isu tentang pemanasan global telah menghantui semua orang, apalagi jika melihat dampak yang ditimbulkannya. Pertanyaannya sekarang adalah, seberapa banyak orang / masyarakat kita yang benar-benar peduli terhadap masalah lingkungan. Memperhatikan pendapat Bartone (Nurmandi Achmad, 1999, “Manajemen Perkotaan”, p.238) yang didapatkan dari hasil pengumpulan data, disebutkan bahwa semakin tinggi pendapatannya masyarakat maka semakin tinggi pula kesadarannya akan lingkungan, dan begitu pula sebaliknya.

Pada kelompok masyarakat yang tinggi pendapatannya biasanya akan mudah memperoleh akses prasarana dasar lingkungan yang lebih baik, seperti pelayanan air bersih, sanitasi, draimase dan pelayanan persampahan. Sebaliknya pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah, kemudahan untuk memperoleh fasiltas prasarana dasar lingkungan semakin sulit. Pada kelompok-kelompok masyarakat miskin, prasarana dasar lingkungan bukan menjadi pilihan utama, namun kebutuhan dasar akan makan dan papan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, pada masyarakat miskin kondisi lingungannya sangat memprihatinkan. Hidup seadanya dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Sehingga pada kelompok ini rentan terkena penyakit, seperti penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena kondisi sanitasi yang buruk, diare, kolera, disentri, penyakit kulit, TBC dan sejenisnya.

Oleh karena itu, fokus perhatian pemerintah selaku penyelenggara pembangunan, utamanya dalam penyediaan prasarana dasar lingkungan lebih fokus pada lingkungan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Ini bukan berarti untuk masyarakat berpenghasilan tinggi tidak diperhatikan. Tetapi pada pelaksanaannya, pemerintah belem sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan prasarana dasar ini. Fasilitas sanitasi dan air limbah merupakan kewajiban pemerintah untuk menyediakannya. Kondisi sanitasi yang buruk, akan mengkontaminasi sumber air yang digunakan oleh masyarakat sebagai air bersih, dengan terkontaminasinya sumber air maka akan mendorong tumbuhnya penyakit-penyakit seperti yang telah disebutkan diatas.

Selanjutnya masalah persampahan, pada beberapa kota masalah persampahan menjadi permasalahan yang sangat pelik. Seperti kita ketahui bersama beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota Bandung disibukkan dengan menumpuknya sampah kota, karena lokasi penimbunan sampah di luar kota hendak ditutup oleh masyarakat. Bagaimana pula dengan Kota Jakata, sampahnya dibuang di TPA Bantar Gebang dimana TPA ini berada di wilayah lain. Maka bagi pemerintah-pemrintah kota yang seperti itu, perlu menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah lainnya untuk menampung sampah yang dihasilkannya, tentu saja ini harus ada kompensasi atas hal tersebut. Secara umum dapat dihitung bahwa masyarakat kota menghasilkan sampah kurang lebih 0,6 kilogram / hari. Kondisi ini sangat mempengaruhi kebutuhan lahan sebagai tempat pembuangan.

Perlakuan sampah di negara kita Indonesia sebagian besar masih mencampuradukan antara sampah organik dengan sampah non organik, penanganan sampah yang demikian akan semakin sulit dilakukan. Lain halnya apabila perlakuan sampah sudah dipilah-pilah antara sampah organik dan sampah an organik. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk kompos, sementara sampah an organik masih memungkinkan untuk didaur-ulang akan didaur-ulang. Sementara itu, tehnologi yang diperlukan untuk mendaur-ulang memerlukan biaya yang cukup mahal. Untuk membakar sampahpun memerlukan bahan bakar yang cukup untuk itu, belum lagi polusi yang dikeluarkan olehnya.

Fasilitas dasar lainnya yang cukup penting adalah ketersediaan air bersih. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah sulit memperoleh akses air bersih. Mereka harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli air bersih yang harganya bisa dua kali lipat dari harga air PDAM.

Manajemen Lingkungan

Ada sebuah hal yang menarik, bahwa mulai ada kesadaran atau tumbuhnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya lingkungan. Apabila dikaitkan dengan pendapat Bartone, nampaknya ada hubungan positif antara tingkat pendapatan dengan kesadaran terhadap lingkungan. Apalagi pada jaman sekarang masalah lingkungan sudah menjadi isu global yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Kelompok-kelompok pemerhati lingkungan mulai bermunculan dan tumbuh subur, seiring dengan isu lingkungan itu sendiri.

Pemerintah kita selaku penyelenggara pemerintahan telah mengeluarkan beberapa peraturan tentang lingkungan, namun pelaksanaannya di lapangan masih ditemui beberapa kendala, antara lain belum tegasnya peraturan lingkungan ditegakkan, dan penerapannya tidak tegas serta konsekuen pada hukum. Sebenarnya ada kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatur dan mengendalikan masalah lingkungan, baik secara langsung maupun yang tidak langsung. Instrumen-instrumen penting yang dapat dipergunakan dalam manajemen lingkungan perkotaan antara lain adalah i) kebijakan fiskal, ii) perencanaan, iii) analisis dampak lingkungan, iv) monitoring, v) pendidikan dan latihan, dan vi) koordinasi.

Kebijakan fiskal yang dapat membantu pemecahan masalah lingkungan, dilaksanakan dengan motif insentif dan disinsentif terhadap penyelenggaraan pembangunan dan atau pemanfaatan sumberdaya alam yang akan mempengaruhi kondisi lingkungan. Perencanaan yang dimaksud adalah perencanaan tentang pemanfaatan ruang, yang mengatur ruang budidaya dan ruang konservasi serta penetapan standar-standar mutu lingkungan. Selanjutnya analisis dampak lingkungan harus betul-betul dihasilkan dari analisis yang sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga penanganan dan antisipasi terhadap dampak dapat dikerjakan dan dilaksanakan. Instrumen monitoring tidak dapat dilakukan dengan baik apabila sumberdaya manusia yang akan melaksanakannya tidak mempunyai pengetahui dan kompetensi yang cukup tentang masalah lingkungan, ditambah lagi dengan sulitnya koordinasi dilakukan, karena masalah lingkungan merupakan masalah yang multi sektoral.

Membicarakan masalah lingkungan tidak hanya merumuskan kebijakan-kebijakan semata, namun kepedulian dan kesadaran akan arti pentingnya menjaga kondisi lingkungan merupakan kunci utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Kenyataan sering kali berbicara lain, desakan ekonomi menjadi faktor yang ikut mempengaruhi terjadinya degradasi lingkungan.

Sumber bacaan :

1. Nurmadi Achmad, 1999, “Manajemen Perkotaan”, Lingkaran Bangsa.

Tidak ada komentar: